Sejak kecil, saya suka mengandaikan banyak hal. Menonton drama korea berjudul Our Beloved Summer (2021), saya agak terkejut dengan Kook Yeon-Su, tokoh utama perempuan yang ditampilkan. Ia suka sekali mengandaikan kejadian dalam kepalanya, terutama terkait alur hubungan percintaannya. Saya mirip seperti Yeon-Su, bahkan saat tidak punya pacar pun. Lebih ekstrim lagi, saya mengandaikan semua hal di hidup ini.
Tidak hanya berhenti pada sekadar mengandaikannya, saya juga sering mudah merasa ingin dan bertekad besar terhadap sesuatu. Suatu hari saya melihat pasangan boncengan naik motor Honda Vixion di perempatan jalan. Mereka membawa ransel besar dengan atribut berkendara lengkap (masker, sarung tangan, jaket, helm). Plat motor menunjukkan kalau mereka dari luar kota. Saat itu sedang libur panjang lebaran. Melihat mereka mesra di atas Vixion, saya langung ingin begitu. Saya ingin punya pacar dan dibonceng naik Vixion saat lebaran, berdua pulang kampung sambil menenteng ransel yang berat. Romantis tidak tertandingi.
Namun, tentu saja perasaan ingin itu hanya bertahan seminggu dua minggu. Setelahnya, saya sudah mengandaikan hal lain sebab rasanya lebih enak mudik naik mobil atau kereta jika musim hujan, kan? Lain cerita lagi, saya ingin membuat masker kain dan menjadi miliader dalam waktu seminggu saat musim pandemi tiba. Rancangan desain, marketing, sales, dan semua hal sudah tersusun di kepala. Ya, tentu saja slogan "Hmmm. Besok, deh!" itu muncul. Pandemi sudah berlangsung 2 tahun, satu masker pun bahkan belum jadi.
Rasanya, validasi diri selalu saya gaungkan. "Semua orang juga begitu, tenang saja. Kamu tidak sendiri. Hehehehe." Hanya saja, titik lelah dengan isi kepala yang tidak ke mana-mana akhirnya muncul juga. Semenjak menjadi pengangguran, saya mulai terus mempertanyakan tentang diri sendiri.
Benar dan salah memang selalu soal prespektif. Jadi tentu sangat naif jika mengatakan bahwa sering mengandaikan sesuatu adalah hal yang salah, dan produktif mewujudkan semua hal dalam kepala adalah benar. Saya sungguh bukan tipe orang judgemental, bahkan pada diri sendiri. Saya selama ini tidak merasa bersalah hanya karena terus menumpuk berbagai hal di dalam kepala. Meski begitu, saya harus mengakui bahwa ada satu hal yang terus muncul menjadi keinginan, bahkan setelah sekian lama, saya ingin jadi penulis. Saya selalu mengandaikan bertemu orang-orang yang membaca tulisan saya, tanda tangan di halaman sampul buku sendiri, sampai jadi bintang tamu di Kick Andy.
Untuk itu, slogan "Hmmm. Besok, deh!" sementara akan disimpan dulu. Sekarang ini, targetnya tidak terlalu jauh. Saya cuma ingin nulis di blog ini secara konsisten, gitu. Bisa nggak, ya? Mari kita cek seminggu ke depan. Oh, slogannya masih tetep dipakai. Ternyata saya masih perlu, terutama saat Ibunda mulai mengirim serangan pertanyaan, "Kamu kapan nikahnya? Ayo cepetan pengen pamer ke temen-temen, nih!"
Tentu saja akan saya jawab, "HMMMM. BESOK, DEH!"
Komentar
Posting Komentar