Rumah produksi Dea Modis tampak depan (sumber: instagram @deajumput) |
Di Indonesia, Unit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki banyak kategori dan jenis. Dea Modis merupakan salah satu UMKM yang bergerak di bidang kerajinan, khususnya pakaian dan aksesoris jumputan. Kehadiran Dea Modis sendiri telah berhasil menambah pilihan produk lokal berbahan kain khususnya jumputan. Menariknya, UMKM ini tidak hanya berdaya dari segi ekonomi saja, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Apa sih yang unik dan menarik dari Dea Modis jika dibandingkan dengan UMKM sejenisnya? Berikut ini hasil liputan penulis secara ekslusif dengan owner Dea Modis secara langsung.
Profil Pemilik Dea Modis
Pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Mengenal Tuliswati barangkali bisa sedikit membantu memahami bagaimana Dea Modis ini menjadi UMKM Mandiri yang jempolan. Tuliswati merupakan pemilik sekaligus penggagas Dea Modis. Perempuan lulusan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UTS) ini awalnya tergabung dalam kelompok usaha jumputan.
Sejak 2010, Tuliswati memutuskan untuk berkiprah sendiri dan mendirikan Dea Modis. Saat ini, Tuliswati mengelola Dea Modis bersama anak keduanya, Zuha Udia. Sebagai generasi muda, Zuha lebih fokus pada pengembangan strategi marketing dan urusan sosial media. Selain menjual produk, keduanya terlibat aktif sebagai instruktur pelatihan pembuatan jumputan serta kerajinan lain.
Dea Modis sebagai UMKM Mandiri
Sebagai UMKM Mandiri, Dea Modis menghadirkan berbagai produk jumputan. UMKM ini memiliki ciri khasnya sendiri yaitu dengan menonjolkan warna merah, biru, dan hitam pada setiap barang yang dihasilkan. Selain itu, proses produksi dikerjakan sendiri dari awal hingga akhir. Menariknya lagi, setiap motif jumputan hanya diproduksi pada lima potong kain saja sehingga motif tersebut lebih ekslusif.
Inovasi juga terus dilakukan dari waktu ke waktu terutama dari segi model agar tetap fresh. Berbagai produk Dea Modis yaitu atasan, bawahan, kain, selendang, topi, dompet, ikat rambut, dan lain sebagainya. Dea Modis juga melayani pemesanan produk baik partai kecil maupun besar.
Menjadi Pemberdaya bagi Masyarakat
UMKM sendiri seringkali dikerdilkan dan dianggap hanya berfokus pada peningkatan ekonomi saja. Padahal, banyak UMKM yang memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitarnya baik secara ekologis, sosial, maupun budaya. Sejak tiga tahun terakhir, Tuliswati juga menjadi pengajar kerajinan untuk pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD).
Pelatihan yang diadakan seringkali juga bekerja sama dengan komunitas, sekolah, instansi, juga sesama UMKM. Berbagai pelatihan tersebut termasuk ecoprint, batik kontemporer, shibori, dan jumputan.
Dea Modis tak luput memberikan kontribusinya secara ekologis. Sejak 2016, pengolahan limbah produksi sudah diberi perhatian khusus. Limbah berupa benang dan kain perca dikumpulkan kemudian dijadikan produk aksesoris agar tetap zero waste.
Kontribusi Astra dalam Pembinaan UMKM Melalui YDBA
Zuha menjelaskan bahwa perkembangan Dea Modis tidak lepas dari bantuan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). "Kita berterimakasih sekali sama YDBA, sangat membantu UMKM kami."
YDBA merupakan salah satu pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk. YDBA memberikan program pelatihan, pendampingan, fasilitasi pemasaran, dan fasilitasi pembiayaan untuk mendorong UMKM menuju kemandirian.
Menurut Zuha, pelatihan YDBA memberi perubahan besar pada Dea Modis terutama dari segi manajemen. "YDBA tidak seperti pelatihan lain yang memberi uang atau barang. Kami diberi bantuan berupa ilmu yang berharga termasuk penerapan 5R," terang Zuha.
Kontribusi Astra dalam pembinaan UMKM salah satunya melalui pembinaan program 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin). Menurut Zuha, Dea Modis sangat terbantu setelah mengikuti pelatihan 5R. Perubahan signifikan terjadi pada toko. "Awalnya toko kami ini berantakan sekali. Setelah ikut 5R itu baru disadari ternyata ada barang yang perlu dibuang, banyak yang bisa dirapikan, dan ruangan jadi terasa lebih longgar," tutur Zuha.
Lebih dari itu, Zuha menambahkan YDBA membina secara rutin terkait pemasaran media sosial dan pembukuan keuangan. "YDBA itu tidak memberi ikannya, tapi kailnya," kata Zuha. Dengan sistem yang diterapkan saat ini, Zuha meyakini bahwa UMKM binaan YDBA akan semakin maju dan mandiri.
Berkat pelatihan YDBA pula, Zuha menyadari pentingnya unique selling point dari sebuah usaha. "Dulu barang kami itu warnanya banyak sekali. Tapi setelah belajar dari YDBA itu kami jadi sadar kalau penting untuk fokus di beberapa warna saja biar punya ciri khas."
Dea Modis berhasil menjadi UMKM yang stabil serta terbukti tangguh dan kokoh. Kehadirannya sejak 2010 hingga hari ini merupakan bukti bahwa produk mereka mampu bersaing dengan pasar global yang semakin kompetitif.
Zuha juga memberikan tips sederhana agar UMKM bisa bertahan di pasar global yang semakin hari semakin sulit ditembus.
"Dea Modis bisa bertahan selama hampir 14 tahun di industri ini, kuncinya utamanya itu konsisten. Tidak buru-buru mengikuti tren yang ada, jadi tetap konsisten sehingga ciri khas produknya tetap ada. Sekarang yang lagi naik daun itu eco print, tapi kami tetap setia yang utama jumputannya. Selain itu, jangan takut dan pelit berbagi ilmu. Tidak perlu khawatir dan terus merasa ingin bersaing. Nantinya dari berbagi ilmu itu sering muncul inovasi baru, pembelajaran, juga kolaborasi yang bisa membuat usaha semakin berkembang."
Dea Modis bersama seluruh UMKM Indonesia #SiapBeraksiUntukNegeri
Komentar
Posting Komentar