Selamat ulang tahun lagi, ya!

Aku suka hari ulang tahunku. Meski sejujurnya, hari ini tidak mengingatkanku pada apa-apa. Tidak juga sekadar ingin berterima kasih karena sudah dilahirkan. Meski seperti pendapat yang bertentangan dengan kalimat awal di tulisan ini, hidup kadang melelahkan kadang seperti tai kucing, dan pertanyaan "kenapa aku harus lahir" sering muncul. 

Aku suka membuat penanda. Jadi sejak pagi aku berdandan, lalu pergi melihat danau buatan penuh lumut dan ikan-ikan kecil. Sambil merapal ingin, yang sepertinya terlalu banyak, aku melepas rasa syukur tidak terhingga. Terima kasih, ya, Cig. Kamu sudah mau bertahan hidup hingga hari ini. Kamu boleh merayakan apa saja. Pastikan ketakutan-ketakutan hanya dipelihara di kepala, jangan izinkan bertengger di depan mata. 


Kado tahun ini adalah memotong rambut pendek dalam sekali gunting beserta poninya, sendiri. Semacam berlatih melepaskan kemelekatan yang terlalu lekat. Lalu dilanjutkan membaca puisi Harlem. Barangkali ini akan jadi semacam tradisi memberi puisi untuk diri sendiri. Hidangan yang kusajikan kali ini adalah sajak milik Langston Huges. Kalau kamu berkenan, bolehlah ikut mencecap sepotong dua potong, bersamaku. 

"What happen to a dream deffered?
Does it dry up like a raisin in the sun? 
Or fester like a sore--
And then run? 
Does it stink like rotten meat?
Or crust and sugar over--
like a syrupy sweet?

Maybe it just sags
like a heavy load. 

Or does it explode?"

-Harlem, 1951




Komentar